Jakarta Selatanpttogel Pemandangan unik sekaligus mengejutkan dapat ditemukan di salah satu sudut ibu kota. Di kawasan Pasar Minggu dan sekitarnya, khususnya di jalan-jalan dekat terminal dan pasar loak, para pedagang tampak menjajakan barang yang tak biasa: kloset bekas. Baik jenis jongkok maupun duduk, dalam berbagai kondisi, mulai dari tampak masih layak pakai hingga yang membutuhkan sedikit perbaikan, semua dijajakan terbuka di pinggir jalan.

Fenomena ini menimbulkan beragam reaksi dari masyarakat. Ada yang penasaran, ada pula yang bertanya-tanya: siapa sebenarnya yang membeli kloset-kloset bekas ini?


Fenomena Pasar Barang Bekas di Jaksel

Jakarta Selatan memang sudah lama dikenal sebagai salah satu sentra barang bekas di Ibu Kota. Kawasan seperti Pasar Rumput, Cipulir, dan Kebayoran Lama kerap menjadi tempat berburu barang second-hand, mulai dari pakaian, furnitur, hingga peralatan rumah tangga. Namun, menjual sanitasi bekas, khususnya kloset, masih terdengar tak biasa bagi banyak orang.

Menurut pantauan di lapangan, kloset-kloset bekas ini dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp100 ribu hingga Rp500 ribu, tergantung kondisi dan mereknya. Ada yang dijual dalam bentuk satu set lengkap, termasuk flush tank dan dudukannya. Beberapa pedagang bahkan menawarkan jasa pemasangan.


Motivasi Para Penjual

Salah satu pedagang, Pak Salim (49), yang sudah lima tahun berjualan perlengkapan sanitasi bekas, mengaku mendapatkan barang-barangnya dari proyek renovasi gedung, bongkaran rumah lama, hingga pelelangan peralatan bekas hotel.

“Daripada dibuang atau jadi limbah, mending dijual. Banyak juga yang masih bagus, cuma kotor. Dicuci, dibersihin, bisa dipakai lagi,” ujarnya sambil membersihkan kloset dengan semprotan air.

Ia menyebut bahwa dalam satu minggu, bisa menjual antara 5 sampai 10 unit kloset, tergantung musim dan permintaan. Menurutnya, penjualan justru meningkat saat mendekati musim penghujan, ketika banyak orang memperbaiki sistem sanitasi rumah mereka.


Siapa yang Membeli Kloset Bekas?

Pertanyaan besar yang muncul di benak banyak orang adalah: siapa yang mau membeli kloset bekas?

Ternyata, banyak pembeli datang dari kalangan kontraktor kecil, pemilik rumah kos, hingga pengelola warung makan dan bengkel. Alasannya simpel: lebih murah dan praktis.

Bu Yanti (54), pemilik rumah kontrakan di kawasan Depok, mengaku lebih memilih membeli kloset bekas untuk unit barunya.

“Yang penting bersih dan bisa dipakai. Kalau beli baru satu set bisa sejuta lebih, ini cukup setengahnya. Daripada ngontrak mahal, saya hemat dari perlengkapan,” katanya.

Selain itu, pembeli lainnya adalah tukang bangunan yang mencari komponen cadangan untuk kloset-kloset lama milik klien mereka. Karena model-model lama sering kali tidak lagi diproduksi, membeli dari pasar barang bekas menjadi solusi praktis.


Perspektif Kesehatan dan Kebersihan

Namun, di balik sisi ekonomis ini, muncul pula kekhawatiran dari sisi kesehatan. Dokter spesialis kulit dan kesehatan lingkungan, dr. Anindya Rahma, SpKK, menilai penggunaan kloset bekas harus disertai standar kebersihan yang ketat.

“Jika kloset bekas tidak dibersihkan secara menyeluruh dengan disinfektan, bisa menjadi sumber penyebaran bakteri seperti E. coli atau bahkan jamur. Apalagi jika digunakan bersama-sama seperti di kos atau kontrakan,” jelasnya.

Ia menyarankan agar pembeli melakukan proses sterilisasi yang baik, menggunakan larutan pembersih khusus dan air panas, serta mengecek kondisi pipa dan sela-sela kloset yang rentan menjadi sarang mikroorganisme.


Regulasi dan Pandangan Pemerintah

Hingga kini, belum ada peraturan resmi dari pemerintah daerah yang secara khusus mengatur penjualan peralatan sanitasi bekas, termasuk kloset. Namun, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengatakan akan mulai memperhatikan tren ini seiring dengan meningkatnya transaksi.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr. Retno Aisyah, menyampaikan:

“Kami tidak melarang sepenuhnya, karena ini terkait dengan ekonomi rakyat. Tapi kami mendorong edukasi higienitas dan sanitasi agar masyarakat tidak membeli tanpa paham cara membersihkannya.”


Tantangan dan Masa Depan

Dengan semakin berkembangnya tren ekonomi sirkular dan pemanfaatan ulang (reuse), penjualan kloset bekas ini menjadi salah satu cermin bagaimana masyarakat beradaptasi dengan kebutuhan dan keterbatasan. Di tengah tekanan ekonomi, banyak warga memilih jalan alternatif yang lebih hemat, meski dengan beberapa konsekuensi.

Namun tantangan tetap ada, termasuk potensi stigma sosial terhadap penggunaan peralatan bekas di area privasi seperti kamar mandi. Selain itu, pengawasan kualitas dan edukasi konsumen perlu ditingkatkan agar tidak membahayakan kesehatan.


Penutup

Fenomena pedagang kloset bekas di kawasan Jakarta Selatan menyoroti realitas yang kompleks: antara kebutuhan ekonomi, inovasi dalam reuse barang, dan pentingnya edukasi sanitasi. Dalam dunia yang semakin sadar akan lingkungan dan krisis ekonomi, kloset bekas bukan lagi sekadar “barang aneh” di pinggir jalan — tapi cermin adaptasi masyarakat terhadap zaman yang berubah.

Apakah kamu akan mempertimbangkan membeli kloset bekas demi penghematan? Atau masih lebih nyaman dengan yang baru? Di balik setiap keputusan, ada cerita sosial yang layak diperhatikan.